Mahmud
Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad (bahasa Persia:
محمود احمدینژاد ; lahir di Aradan, Iran, 28 Oktober 1956; umur 55 tahun[2][3])
adalah Presiden Iran yang keenam dan memperoleh
61.91% suara pemilih pada pilpres Iran tanggal 24 Juni 2005.[3]Jabatan
kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005.[1] Ia
pernah menjabat wali kota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005waktu ia terpilih
sebagai presiden[2].
Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang
sangat loyal terhadap nilai-nilaiRevolusi Islam Iran, 1979.[1]
Biografi
Keluarga
Lahir di
daerah desa pertanian Aradan, dekat Garmsar,
sekitar 120 kilometer arah tenggara Teheran.
Dia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, berasal dari keluarga Syiah.
Orang tuanya,seorang Tukang Besi, Ahmad Saborjihan, memberi nama Mahmud
Saborjihan saat lahir. Dia menggunakan nama tersebut hingga sebuah
keputusan besar mendorong keluarganya untuk hijrah ke Teheran pada paruh kedua
tahun 1950-an. Di Teheran, ayahnya mengubah namanya menjadi Mahmud
Ahmadinejad sebagai isyarat religiusitas dan semangat mencari
kehidupan yang lebih baik, karena Saborjihan dalam bahasa Parsi berarti pelukis
karpet, pekerjaan yang jamak dilakukan di sentra karpet seperti Aradan, sedangkan Ahmadinejad berarti ras
yang unggul, bijak dan paripurna.[2]
Pendidikan
Dia lulus
dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam
bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi.
Pada tahun 1980, dia adalah ketua
perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa, dan terlibat dalam pendirian
Kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), organisasi
mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat yang
mengakibatkan terjadinya krisis sandera Iran.
Bergabung dengan Imam Khomeini
Pada masa Perang
Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada
tahun 1986.
Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak. Dia kemudian menjadi
insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat
Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan
Ajaran Islam, dan gubernur provinsi
Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.
Walikota Teheran
Ahmadinejad
lalu terpilih sebagai wali kota Teheran pada Mei 2003. Dalam masa tugasnya,
dia mengembalikan banyak perubahan yang dilakukan wali kota-wali kota sebelumnya
yang lebih moderat dan reformis, dan mementingkan nilai-nilai keagamaan dalam
kegiatan-kegiatan di pusat-pusat kebudayaan. Selain itu, dia juga menjadi
semacam manajerdalam harian Hamshahri dan
memecat sang editor, Mohammad Atrianfar, pada 13 Juni 2005, beberapa hari
sebelum pemilu presiden, karena tidak mendukungnya dalam pemilu tersebut.
Presiden Mohammad
Khatami pernah melarangnya menghadiri pertemuan Dewan Menteri,
suatu hak yang biasa diberikan kepada para wali kota Teheran. Hal ini
dikarenakan pada waktu Khatami menuju Universitas Teheran, Khatami terjebak
macet. Khatami mengkritik Ahmadinejad yang saat itu menjabat wali kota Teheran.
Namun bukannya tergesa-gesa membereskan masalah tersebut, Ahmadinejad justru
berkata: "Bersyukurlah karena presiden kita telah merasakan kehidupan
rakyatnya yang sesungguhnya". Namun Ahmadinejad tetap santai menghadapi
larangan tersebut.
Sebagai Presiden Iran
Setelah dua
tahun sebagai wali kota Teheran, Ahmadinejad lalu terpilih sebagai presiden
baru Iran. Tak lama setelah terpilih, pada 29 Juni 2005, sempat muncul
tuduhan bahwa ia terlibat dalam krisis sandera Iran pada tahun 1979. Iran Focus mengklaim
bahwa sebuah foto yang dikeluarkannya menunjukkan Ahmadinejad sedang berjalan
menuntun para sandera dalam peristiwa tersebut, namun tuduhan ini tidak pernah
dapat dibuktikan.
Kontroversi
Kutipan
pernyataannya dalam sebuah pertemuan di hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatollah Khomeini yang menyerukan agar Israel "dihapus
dari peta dunia" memicu kontroversi. Selain, menuai kecaman dari berbagai
pemimpin dunia, termasuk Presiden Shimon Peres.
Peres bahkan membalas dengan menuntut agar Irandikeluarkan dari keanggotaan di Perserikatan
Bangsa-bangsa.
Pernyataan
yang kontroversial ini diulang kembali pada 14 Desember 2005. Saat itu, ia berkata
bahwa Holocaust (peristiwa
pembantaian terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazipada
masa Perang Dunia II) hanyalah sebuah mitos yang digunakan
bangsa Eropa untuk menciptakan negara Yahudi di jantung dunia Islam. Ia juga
sempat menyelenggarakan konferensi tentang Holocaust.
Sementara,
kritik dalam negeri mengenai kebijakan domestik dan luar negeri terus mengalir
deras. Kritik datang dari tokoh ulama besar Ayatollah Hossein Ali Montazeri.
Merujuk retorika Ahmadinejad terhadap Amerika Serikat, Montazeri menyatakan
bahwa sangat perlu bertindak logis terhadap musuh dan tidak memprovokasi. Bagi
Montazeri, ekstremisme tidak berbuah baik untuk rakyat.
Iran
menegaskan bahwa pengembangan teknologi nuklir merupakan hak yang tidak bisa
disangkal meskipun Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi
yang menuntut Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium. Ahmadinejad
mendapat kritikan dari kalangan konservatif maupun reformis mengenai kebijakan
ekonominya dan cara dia menangani isu nuklir Iran.
Keturunan Yahudi
Sebuah
artikel pada koran Inggris, The Daily Telegraph yang
diterbitkan pada tanggal 3 Oktober 2009, menampilkan foto
Mahmud Ahmadinejad yang diambil selama pemilu Iran. Dalam foto itu terlihat ia
sedang menunjukkan surat identitasnya dengan nama keluarga sebelumnya "Sabourjian",
"nama Yahudi terkenal di Iran".[4] Artikel
tersebut mengklaim bahwa Sabourjian berarti "penenun dari Sabour,"
nama untuk tallit Yahudi di Persia. Artikel
itu juga mengklaim bahwa keluarganya masuk Islam dan mengubah
nama keluarga setelah Ahmadinejad lahir. Artikel tersebut mengutip seorang ahli
yang mengatakan bahwa akar Yahudi Ahmadinejad, jika benar, akan menjelaskan
kebencian terhadap Yudaismedan Israel: "Setiap keluarga yang berpindah ke agama yang
berbeda mengambil identitas baru dengan mengutuk iman lama mereka."
Namun,
menurut para ahli Iran yang diwawancarai oleh Guardian, "tidak ada makna
semacam itu untuk kata 'sabour' dalam salah satu dialek Yahudi Persia, juga
tidak berarti selendang doa Yahudi di Persia," nama itu sebenarnya berarti
"pelukis benang," leluhur Ahmadinejad diketahui sebagai Muslim, dan
kerabat Ahmadinejad mengatakan dia mengadopsi nama baru pada saat pindah ke Teheran,
untuk menghindari diskriminasi berdasarkan akar pedesaannya.[5]
Serba-serbi
§
Rencana menonton timnya
berlaga di Piala Dunia 2006 di Jerman dihambat
berbagai elemen masyarakat setempat, sehingga izin tidak diberikan. Bahkan
warga Yahudi di Jerman menentang kehadirannya mengingat pernyataannya seputar
Holocaust. "Penyangkalan kekejaman Nazi adalah pelanggaran serius di
Jerman," kata Charlotte Knobloch, Ketua Central Council Jews. Knobloch
menuding Ahmadinejad sebagai "Hitler kedua". Menteri Dalam Negeri
Jerman Guenther Beckstein menyatakan, "Kami harus menegaskan bahwa ia tak
diinginkan di sini. Lebih baik ia tak usah datang."
Sumber
:
2. ^ a b c LABIB, Muhsin; MUHARAM,
Ibrahim; KAZHIM, Musa; HAMZAH, Alfian.AHMADINEJAD! David
di Tengah Angkara Goliath Dunia. Jakarta:
Penerbit Hikmah, 2006. ISBN
979-1140-05-7
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Mahmud_Ahmadinejad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar